Menstruasi ialah hal yang biasa dialami oleh perempuan. Di masa ini, ada darah yang keluar lewat kemaluan sebagai siklus bulanan alami pada tubuh wanita. Hal ini karena tidak terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma, maka kemudian ada proses luruhnya dinding rahim yang sebelumnya menebal karena dipersiapkan untuk kehamilan. Peluruhan ini berupa keluarnya darah dan jaringan menjadi menstruasi setiap bulannya, siklus yang berbeda-beda pada setiap wanita. Bila seorang wanita sudah berbadan dua seperti saya, maka tidak akan terjadi menstruasi.
Saya ingat sekali bagaimana menarche atau menstruasi pertama saya. Saat itu saya duduk di bangku kelas 2 SMP, sudah pulang sekolah. Lalu tiba-tiba rasanya ada yang membasahi celana dalam, padahal saya tidak buang air kecil. Ketika dilihat, warnanya merah dan itu darah. Terkejut, tapi tak sampai bikin ribut karena sebelumnya Mama sudah memberitahu kalau masa ini akan jua terjadi.
Kebetulan Mama selalu punya stok pembalut. Di hari-hari sebelumnya memang pembalut itupun sudah pernah saya pakai sebagai latihan cara pakainya. Jadi saat menarche, saya seperti sudah ter-handle dengan baik untuk mengatasinya. Sedari awal saya pun tidak pernah mengalami keluhan nyeri perut saat menstruasi, jadi saya merasakan menarche yang biasa saja dan tidak menyakitkan.
Fakta Informasi Soal Menstruasi yang Tak Banyak Diketahui Anak Perempuan Indonesia
Rupanya keberuntungan saya yang memperoleh informasi soal menstruasi sehingga tidak ada rasa galau dan khawatir saat menarche, tidak dirasakan oleh banyak anak perempuan Indonesia. Hal ini saya ketahui saat mengikuti webinar : "
Sehat dan Bersih Saat Mentruasi" via Zoom pada Kamis, 27 Mei 2021 lalu. Dari penjelasan dr. Dwi Oktavia, TLH, M.Epid
sebagai Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta, rupanya 1 dari 4 anak perempuan Indonesia tidak pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi sebelum mereka mendapatkan menarche. Duh... pasti banyak terjadi kebingungan dong, ya.
Tak hanya itu, hanya 1 dari 2 anak perempuan yang mengetahui bahwa menstruasi itu
adalah tanda fisik pada perempuan yang bisa hamil, loh. Kemudian hanya 5 dari 10 anak perempuan yang tahu apa yang harus
dilakukan selama menarche. Yang menyedihkan 1 dari 6 anak perempuan takut untuk masuk sekolah selama satu hari atau lebih pada saat menstruasi, kareka takut di-bully ketika darah menstruasi tembus ke rok seragam. Ini memang data yang ada ya, meski saya yang sering tembus sampai di bangku SMA sekalipun belum pernah mengalami bully, sih.
Peran orang-orang sekitar memang diharapkan agar anak perempuan bisa melalui menarche dan masa menstruasi selanjutnya dengan baik. Perlu juga untuk mengajarkan apa itu Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) sebagai pengelolaan kebersihan dan kesehatan pada saat menstruasi. Dengan demikian anak perempuan jadi tahu bagaimana cara menggunakan pembalut yang bersih, berapa jam sekali menggantinya, bagaimana cara membuangnya serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan selama menstruasi. Dengan demikian maka diharapkan anak perempuan bisa melalui masa menstruasi dengan nyaman, sehat dan bersih.
Ternyata pemerintah kita juga memiliki perhatian lebih dalam MKM ini loh. Seperti yang dipaparkan oleh dr. Dwi Oktavia, TLH, M.Epid, ada peraturan pemerintah no. 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. Yang mana isinya soal penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk kaum perempuan di masa reproduksi, serta edukasi mengenai hal ini. Isi peraturan pemerintah bisa dibaca pada gambar berikut ini:
Tidak hanya itu, pemerintah juga menunjukkan kepedulian pada MKM dengan dibuatnya program-program kesehatan yang mendukung kesehatan reproduksi remaja. Diantaranya ada UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Remaja, Aku Bangga Aku Tahu (kegiatan penyuluhan rutin ke sekolah
terkait kesehatan reproduksi dan
Penyakit Infeksi Menular Seksual) serta Vaksinasi HPV (yang jadi agenda dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan sasaran anak kelas 5 dan 6 SD untuk mengurangi risiko Kanker Serviks). Dengan program-program ini diharapkan kemudian anak perempuan bisa mendapat informasi yang tepat soal menstruasi, yang setidaknya didapatkannya melalui petugas tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat sehingga dapat menghindari informasi atau mitos menstruasi yang tidak tepat. Di samping itu, peran ibu sebagai pemberi informasi pertama soal apa dan bagaimana menstruasi, tetaplah menjadi suatu yang penting.
Pentingnya Ibu Bicara Menstruasi
Ibu merupakan madrasah utama sang buah hatinya. Hal ini tepat sekali, karena ibulah pengajar pertama hal-hal baru pada sang anak. Bagi anak perempuan, adalah suatu hal yang menyenangkan apabila bisa mendapat info soal menstruasi dari sang panutan, ibu, sehingga tidak ada rasa khawatir dan cemas saat menarche. Untuk itulah peran Ibu untuk edukasi anak perempuan tentang sehat dan bersih saat menstruasi menjadi hal yang wajib dipahami oleh semua ibu.
Harusnya begitu, ya. Sayangnya membangun komunikasi bukanlah hal yang mudah, apalagi antara ibu dan anak perempuannya yang seringkali ribut ini itu. Hubungan saya dan Mama juga tak begitu dekat semasa saya di bangku sekolah, namun beruntung soal menstruasi sudah dikomunikasikan dengan baik mengingat Mama ialah salah satu tenaga kesehatan yang mengerti betul akan hal ini. Namun tak begitu pada 1 dari 4 anak perempuan Indonesia yang menurut penelitian ternyata tidak pernah menerima informasi tentang menstruasi sebelum menarche. Kok bisa begitu?
Mungkin sudah jadi budaya timur bahwa membicarakan soal sesuatu yang berhubungan dengan organ intim ialah hal yang tabu. Ibu juga masih bingung bagaimana untuk memulai obrolan semacam ini. Tak hanya soal kurangnya pengetahuan ibu tentang menstruasi, banyak anak perempuan yang juga kurang yakin bila sang ibu yang menjelaskan. Karena ternyata lebih dari 90 % anak perempuan lebih percaya pada orangtua dan guru sebagai sumber informasi hal sepenting ini.
Komunikasi ialah hal yang penting. Karena bila tak dibicarakan, bisa menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Seperti info yang saya dapatkan saat mengikuti webinar, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., sebagai psikolog menjelaskan bahwa bila soal menstruasi tidak dibicarakan antara ibu dan anak maka ada emosi negatif yang keluar seperti rasa cemas, malu, marah dan takut yang terjadi pada anak perempuan. Juga ada rasa ketidakpastian dan ketidaksiapan dalam menghadapi menarche. Pun nantinya memicu kesalahpahaman soal menstruasi dan organ reproduksi.
Sebagai ibu muda dengan 1 anak lelaki dan saat ini sedang hamil anak kedua, dari webinar ini saya baru memahami bahwa ternyata dengan adanya komunikasi yang baik antara ibu dan anak perempuannya soal menstruasi, maka akan menimbulkan:
- Kesehatan reproduksi remaja jadi lebih
baik karena anak perempuan jadi tahu cara mudah sehat dan bersih saat menstruasi
- Bisa menunda hubungan seksual pertama karena mengerti bahwa menstruasi sebagai tanda kalau perempuan bisa hamil
- Mengurangi risiko masalah kesehatan mental sebab rasa takut, khawatir dan cemas terkait seksualitas dapat ditangani dengan baik
- Hubungan kedekatan ibu dan anak perempuannya juga bisa semakin baik dengan adanya komunikasi tersebut.
Lalu bagaimana caranya agar ibu bisa memulai pembicaraan soal menstruasi ini pada anak perempuannya? Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si pun membocorkan 7 tips bicara menstruasi. Waaah... Bagi yang punya anak perempuan, ini tips yang sangat ditunggu. Pun saya yang punya anak laki-laki, ternyata tips ini juga wajib diketahui karena nantinya juga berhubungan dengan buah hati saya loh.
Nah 7 tips bicara menstruasi di antaranya:
1. Ingat, ibu = paling diharapkan
Ibu adalah pemberi informasi pertama, itu yang diharapkan seorang anak. Karena itu ibu harus membekali dirinya dengan info yang cukup soal menstruasi sehingga nantinya mampu menyampaikan pada anak perempuannya dengan tepat.
2. Bicara menstruasi tidak tabu
Demi meningkatkan kesehatan reproduksi generasi bangsa kita, membicarakan soap menstruasi bukanlah hal yang tabu. Harus diungkap dengan tepat sehingga tidak termakan hoaks ataupun mitos mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi.
3. Lakukan berulang kali
Lebih baik membicarakan soal menstruasi
di saat sudah muncul tanda pubertas. Dengan demikian anak jadi tahu, mengerti dan siap menghadapi menarche.
4. Bersikap positif
Isu soal menstruasi
ialah topik yang sensitif. Sehingga harus tepat sasaran cara dan arah penyampaian pembahasan mengenai hal ini.
5. Banyak bertanya dan berdiskusi
Daripada menceramahi, lebih baik berbagi pengalaman soal menstruasi
pada sang anak perempuan. Pun banyak menanyakan soal apa yang ingin diketahuinya dan mendengarkan apa pendapatnya soal ini.
6. Jelaskan secara kongkrit
Pembicaraan soal menstruasi
tak hanya secara teori saja. Lebih baik juga menjelaskan bagaimana cara penggunaan pembalut dengan mempraktekkannya secara langsung. Pun mengenalkan anatomi alat reproduksi sehingga anak semakin mengerti mengenai hal ini.
7. Jelaskan juga pada anak laki-laki
Dengan tujuan agar anak laki-laki mengerti kondisi yang dialami anak perempuan sehingga bisa menghargai saat ada temannya yang menstruasi. Anak laki-laki bisa bersikap gentle dan tidak mengolok-olok anak perempuan, terutama pada yang darahnya tembus di rok saat jam pelajaran. Pun bisa jadi penolong pada anak perempuan yang mengalami kesakitan di masa menstruasinya.
Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)
Soal MKM juga harus dijelaskan dengan betul. Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH dari Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), bahwa sangat penting untuk menjaga kebersihan di kala menstruasi dan mengetahui bahwa ada berbagai kondisi kesehatan yang dapat timbul akibat
manajemen kebersihan menstruasi yang buruk. Selain itu dengan adanya pengetahuan soal MKM ini jadi tahu bagaimana cara mencegah kanker serviks, infeksi vaginal dan juga mengantisipasi rasa ketidaknyamanan (seperti gatal, bau tidak sedap dan keputihan). Pemahaman soal MKM juga diterapkan tak hanya saat menstruasi saja, namun manajemen kebersihan area kewanitaan harus dilakukan di keseharian.
Mungkin masih belum banyak yang tahu bahwa untuk menjaga kebersihan area kewanitaan harus memakai sabun yang tepat. Bukan sabun mandi, karena pH sabun mandi bisa lebih dari 7 dan tidak cocok dengan pH normal area kewanitaan yang sekitar 3.5 hingga 4.5. Diperlukan sabun pembersih yang tepat, salah satunya produk dari Betadine https://betadine.co.id/product/daily-use-feminine-wash-products. Dengan penggunaan sabun untuk area kewanitaan ini, pH normal vagina terjaga dan flora baik pun terjaga. Area kewanitaan tak hanya bersih, tapi juga sehat. Pembeliannya bisa dilakukan di : https://shopee.co.id/betadineofficial atau di https://www.tokopedia.com/betadineofficial?source=universe&st=product.
Yang lebih penting lagi, banyak yang salah kaprah soal kapan waktu yang tepat untuk mengganti pembalut saat menstruasi. Bukan saat darah sudah memenuhi pembalut, tapi baiknya mengganti pembalut tiap 4 jam sekali. Hal ini agar kuman tidak bersarang di pembalut, karena kuman bisa menimbulkan aneka penyakit di area kewanitaan seperti vaginitis, infeksi saluran kemih, juga Kandidosis vulvovaginalis. Hiii... ngeri, ya.
Cara pembuangan sampah pembalut juga perlu diperhatikan betul. Darah di pembalut harus dibilas dulu sampai bersih, masukkan kantong plastik baru dibuang ke tempat sampah. Dengan demikian selain bisa menjaga kebersihan, juga tidak merugikan orang lain karena bisa saja ada yang menemukan sampah pembalut kita kalau dibuang sembarangan. Jangan sampai deh!
Senangnya ikut webinar kali ini. Dengan demikian jadi bisa ikut berbagi info juga kan, meski melalui blog. Jadi walau saya hanya punya anak lelaki, bukan berarti kemudian tak bisa memberikan edukasi mengenai menstruasi ini. Anak lelaki pun juga bisa diberitahu, meski tak sedetail kepada anak perempuan. Yuk, kita bicarakan soal cara mudah sehat dan bersih saat menstruasi pada sang buah hati!