Bagi sebagian besar orang, aroma rumah sakit menjadi suatu hal yang kurang disukai dan berada di tempat tersebut bak momok menakutkan. Namun...Rumah sakit bukanlah tempat yang seram bagi saya sekeluarga. Mungkin karena kami sudah terbiasa berada di sana, terlebih sejak kecil saya sering menghabiskan hari di sana. Dari tiap sepulang sekolah hingga petang hari, hingga sering kali mengerjakan PR dan ketiduran di fasilitas kesehatan ini.
Tak heran, Mama saya seorang perawat. Jarak rumah kami ke rumah sakit sekitar 5Km. Nah karena saya dan adik hanya tinggal bersama Mama karena Ayah kerja di luar kota, maka mau tak mau saya dan adik ikut Mama ke tempat kerjanya. Sekitar 15 tahun lalu, sih. Suasana tak seperti sekarang dan saat itu masih diperbolehkan membawa anak ke tempat kerja, asal tak mengganggu.
Mungkin karena itu juga, setelah lulus sekolah, saya melanjutkan pendidikan ke D3 Kebidanan dan lulus menjadi seorang bidan. Saya kemudian juga bekerja di rumah sakit, di tempat Mama saya bekerja. Beda ruang, sebab perawat dan bidan punya tugas yang berbeda. Mama bertugas merawat orang sakit, sedangkan saya lebih ke perawatan ibu, janin dan bayi.
Meski demikian, sedikit banyak saya pun menguasai skill yang dimiliki oleh perawat. Seperti bisa memasang infung, selang kateter, meracik dan menyuntikkan obat, serta mengambil darah untuk dicek di laboratorium. Kemampuan dasar ini memang wajib bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, sebab fasilitas kesehatan ini kan membantu untuk mengobati beragam keluhan penyakit yang membutuhkan perawatan spesifik dan berkepanjangan hingga sembuh. Itulah kenapa petugas kesehatan di rawat inap bak lebih terampil karena terbiasa melakukan skill ini dan berulang-ulang.
Sayangnya meski saya dan Mama adalah orang kesehatan, kami masih suka sembarangan soal makanan. Pokoknya apa yang menurut kami enak, dilahap habis dengan takaran yang terkadang seenaknya. Mama yang ogah membuang-buang makanan bahkan sering nekad memakan makanan yang hampir basi. Sayang kalau dibuang, katanya.
Hingga suatu hari, kala saya libur kerja, Mama mengeluh sakit perut usai memakan rujak. Padahal rujak itu dibelinya 6 jam lalu, mungkin ada beberapa bagian yang sudah basi tapi tetap dilahap Mama. Alhasil selain mulas, Mama pun bolak-balik ke belakang karena diare. Sampai akhirnya badan Mama lemas dan tak kuat lagi, hampir saja pingsan.
Saya yang mengetahuinya lantas berteriak memanggil adik, lalu kami membawa Mama ke IGD rumah sakit. Di sana kami disambut rekan-rekan seprofesi kami, ada perawat dan bidan yang berjaga. Saya katakan kalau Mama diare, tapi belum sempat minum obat karena tiba-tiba terus BAB dengan konsistensi cair secara terus menerus. Saya takut Mama dehidrasi sehingga langsung membawa ke rumah sakit yang hanya ada satu-satunya di kota kami, yang juga jadi tempat kami mencari nafkah.
Dokter IGD mengatakan kalau Mama harus rawat inap di rumah sakit karena diare yang dideritanya. Mama harus segera diberi tambahan cairan tubuh lewat infus, sekalian memasukkan obat-obat suntikannya karena Mama sudah lemas dan kesulitan menelan obat. Saya dan adik menyetujuinya. Saya pasrahkan pada perawat IGD untuk melakukan pemasangan infus pada Mama.
Saya yang terbiasa memasang infus pada pasien, saat itu rasanya tak tega melihat Mama yang meringis kesakitan. Entah mengapa rasanya berbeda melihat sosok yang kita sayang mendapatkan tindakan medis. Namun syukurlah saya lekas memutuskan membawa Mama ke rumah sakit untuk segera mendapatkan perawatan sebab terlambat sedikit saja sangat berbahaya. Diare itu salah satu penyakit yang bisa membuat dehidrasi berat dan kemungkinan terburuk bisa menyebabkan kehilangan nyawa.
Memang tidak semua kasus diare memerlukan perawatan di rumah sakit. Namun lebih baik memastikan kondisi pasien melalui evaluasi dokter untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk. Jika sampai mengalami diare berat dengan tanda dehidrasi berat seperti badan lemas, mata tampak cekung seperti mengantuk, tak bisa menelan makanan ataupun minuman serta tekanan darah melemah, lebih baik segera rawat inap. Nantinya ada tenaga medis yang membantu rehidrasi, serta melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang sehingga bisa mendapatkan penanganan yang sesuai, sehingga tak sampai terjadi komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*