Alhamdulillah, akhirnya panen juga. Sudah lama saya menanam pohon arbei, dulu beli di awal menempati rumah ini. Jadi sekitar 3 tahun lalu, saya beli stek arbei di marketplace. Namanya juga stek, sekecil itu sudah ada buahnya. Sungguh menyenangkan hati saat menanamnya.
Masalahnya, setelah buahnya matang dan saya petik, stek arbei jadi layu. Entah karena saya salah media tanam atau kurang banyak menyiramnya. Atau justru kebanyakan siram jadi akar membusuk ya? Maklum masih pemula, sekedar tahu gali lubang untuk stek dan disiram biar tumbuh.
Karena takut mati, akhirnya stek arbei saya pindahkan ke tempat yg rindang. Yang hanya terkena sinar matahari pagi, aman dari sinar matahari terik siang hari. Saya kira cara ini lumayan ampuh, kondisi stek arbei membaik dan mulai muncul bakal daun baru. Syukurlah dia selamat.
Anggap Tanaman Sebagai Teman
Sejatinya saya bukan pecinta tanaman. Sebelum menikah dan masih tinggal di rumah Mama, hanya Mama yang merawat tanaman-tanaman di rumah. Tak hanya disiram, Mama juga rajin mengganti media tanam dan mengajak ngobrol tanaman. Saya merasa itu hal yang biasa, toh Mama juga sering bercerita macam-macam ke kucing kesayangan kami.
Setelah menikah dan tinggal berdua bersama suami di luar kota, entah mengapa keinginan tanam-menanam muncul. Apalagi kami tinggal di Sidoarjo, daerah yang panas. Halaman rumah sempit, sih. Tapi sayang kalau tak ada yang hijau-hijau, jadi kurang manis. Akhirnya saya nekad beli tanaman via online, inginnya tanaman buah biar bisa makan hasil panen sendiri.
Tapi halaman sempit begini, bisa punya tanaman buah apa? Tanaman buah identik dengan batangnya yang tinggi dan besar. Terpaksa kemudian saya beli tanaman daun seperti lidah mertua, lavender dan sri rejeki. Lalu terlihat ada stek arbei yang dijual, saya beli sekalian deh.
Belajar dari pengalaman Mama, saya nekad menanam. Awalnya dalam polibag, lalu pindah ke pot hitam ukuran 20 cm. Setelah kondisi stek arbei stabil, saya tanam di kantong pot besar diameter 50 cm. Tapi aneh, dia memang tumbuh makin tinggi, namun hanya ranting dan daunnya yang membanyak. Buahnya mana?
Padahal saya sudah menerapkan apa yang dikatakan oleh para pecinta tanaman, "Anggap tanaman sebagai teman." Saya sering ajak pohon mungil arbei saya mengobrol. Saya katakan padanya agar dia tumbuh besar dan punya buah yang banyak, agar nanti bisa dimakan oleh anak saya. Agar saya dan anak bisa merasakan sendiri bagaimana rasanya panen buah sendiri.
Tiap pagi dan sore, saya juga selalu menyiraminya. Utamanya dengan air kran, kadang dengan air cucian beras. Kalau soal pupuk, saya beri pupuk kimia, namanya NPK. Kalau dari hasil baca artikel, katanya itu pupuk yang bagus. Walau saya pernah sempat salah kasih takaran yang mengakibatkan tanah dalam pot jadi mengeras dan memutih, sih. Lalu saya kapok karena tanaman tampak berguguran daunnya, apa keracunan ya?
Tentunya sebagai teman, tanaman sudah memberi manfaat. Ada oksigen yang diproduksi sebagai hasil fotosintesis. Ada warna hijau yang menyejukkan mata dari warna daunnya. Pun bunga cantik yang bikin gemes dan riang, sebagai tanda berhasil merawatnya. Meski untuk arbei belum sepenuhnya berhasil, ya.
Karena itu sebagai balasan, saya pun menyayangi tanaman sebagai teman yang baik. Juga mewariskan kesan ini pada si kecil dengan mengajarinya agar dia ikut menyayangi tanaman. Caranya dengan menyiram tanaman bersama tiap sore, pun memintanya agar tak sembarangan memetik daun karena tanaman bisa sedih. Pokoknya kudu jaga tanaman baik-baik karena tanaman juga berhak hidup dengan baik.
Yang Harus Diperhatikan untuk Tanaman Buah
Selain arbei, saya sempat menanam tomat. Sudah pernah tumbuh tinggi, tapi buahnya hanya sebesar kelereng. Rasanya saya salah dalam perawatannya. Tanaman tomat memang tumbuh lebih tinggi dan lebih besar dari arbei, juga berhasil berbuah. Sayangnya tidak memuaskan sama sekali.
Dari sini, setelah hampir 3 tahun bercocok tanam meski di halaman rumah, saya jadi tahu apa saja yang harus diperhatikan agar tanaman bisa tumbuh dengan baik. Utamanya untuk tanaman buah, karena akhirnya kini tanaman arbei saya punya banyak buah yang menggoda mata untuk memetiknya. Jadi yang musti diperhatikan adalah:
1. Kebutuhan Sinar Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman. Fungsinya membantu proses fotosintesis, yakni membuat sendiri makannya dari zat-zat anorganik dan merubahnya menjadi zat organik serta energi. Proses fotosintesis ini menghasilkan oksigen loh, yang sangat kita butuhkan saat bernafas. Inilah salah satu manfaat menanam tanaman.
Selain itu sinar matahari juga bisa mengaktifkan klorofil. Ini adalah zat hijau daun yang terkandung dalam tanaman. Oleh karenanya, tanaman ataupun kecambah yang kurang terkena cahaya matahari akan berwarna kuning pucat. Hal ini juga bisa mengganggu proses tumbuhnya tumbuhan. Pertumbuhan bunga dan daun juga bisa terhambat.
Tapi tidak semua tanaman membutuhkan sinar matahari secara total, maksudnya yang butuh paparan sinar matahari selama minimal 6 jam. Sebagian besar sayuran dan kacang-kacangan memang membutuhkan cahaya matahari penuh. Namun ada yang lebih menyukai berada di bawah naungan, yang mendapat sinar matahari secara tidak langsung. Seperti tanaman yang baru tiba di perjalanan karena dibeli secara online, ataupun tanaman sayur seperti lettuce. Karena itu sebelum menanam, pastikan untuk riset soal tanaman tersebut dan bagaimana kebutuhan akan sinar mataharinya.
2. Kebutuhan Air
Seperti pada kebutuhan akan sinar matahari, kebutuhan air tanaman juga berbeda-beda. Tergantung bagaimana sifat tanamannya. Kita tak bisa sekadar menyiramnya, tanpa mengerti pasti bagaimana kebutuhan tanaman. Karena itu, hal ini juga wajib diperhatikan dan dipelajari, loh.
Sejauh ini menurut pengalaman saya, bagi tanaman yang ditanam di tanah, bisa disirami sampai tanahnya benar-benar basah. Toh nanti air meresap dan punya area peresapan yang luas, jadi tak terlalu mengganggu kondisi akar tanaman. Namun bagi tanaman yang ditanam di pot, cukup siram sampai terlihat ada yang menetes dari lubang di bawah pot. Jangan sampai air dalam pot terlalu menggenang sebab bisa membuat akar busuk.
Nah baiknya tanaman itu disiram 1 - 2 kali per hari, pada pagi hari sebelum pukul 9 dan sore setelah pukul 16. Jadi jangan saat matahari sedang terik, sebab justru bisa membakar tanaman. Boleh sih kalau tanaman terlihat layu dan seperti minta air. Tapi lebih baik siram tanahnya saja ya, air akan diserap oleh akar dengan segera. Bila menyiram tanamannya, air tersebut akan menguap dengan cepat. Nah, air akan hilang dan tanaman masih tetap layu.
Oiya, sering terlupa nih. Ketika kita bepergian dan di rumah tidak ada orang, kecukupan air tanaman juga harus tetap terjamin loh. Saya biasanya menyiram tanaman terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah. Untuk tanaman yang sangat butuh air, saya pindah ke media air. Atau kalian juga bisa membuat sistem penyiraman otomatis, lebih praktis kan.
3. Kebutuhan Tanah
Meski kini sudah banyak sistem penanaman tanpa tanah karena lahan terbatas, tapi tanah tetap merupakan kebutuhan utama bagi tanaman. Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tegak tanaman, pun sebagai tempat persediaan air, udara, dan unsur hara serta tempat hidupnya organisme yang mendukung tumbuh kembang tanaman. Tahukah kalian kalau tanah yang gembur dan subur adalah kunci perkembangan tanaman? Jadi jangan asal pakai media tanam, karena tiap tanaman punya perbedaan soal media tanamnya. Tapi tentu jangan pakai tanah liat yang sulit untuk bisa ditembus akar, ya. Kasihan tanamannya.
Pokoknya kalau mau menanam, pastikan tanah bisa menyimpan air, mengandung nutrisi, sekaligus gembur. Jangan hanya pakai tanah atau pakai pasir saja. Agar tanaman dapat tumbuh dengan bagus, lebih baik pakai perbandingan tanah, pupuk, sekam basah dan sekam bakar dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1. Dijamin deh tanah jadi gembur, akar bisa menyerap sari makanannya dengan baik dan tumbuh kembang tanaman jadi optimal. Tanamannya jadi segar dipandang!
4. Kebutuhan Pupuk
Pemupukan tentu menjadi salah satu yang bisa mempengaruhi hasil penanaman. Nah pemupukan juga tak bisa asal-asalan. Pemupukan harus didasari oleh tepat waktu dan tepat dosis. Maksudnya pemupukan tepat waktu ialah soal kapan unsur pupuk diberikan sedangkan tepat dosis ialah tentang berapa jumlah pupuk yang harus diberikan sesuai dengan umur tanaman.
Misalnya nih pupuk unsur N, biasa diberikan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif, yakni saat pertumbuhan tanaman sebagian besar menggunakan karbohidrat dari proses fotosintesis, terutama terjadi pada perkembangan akar, batang, cabang, dan daun. Jadi vegetatif ini masa ketika tanaman sebelum berbunga, sehingga butuh unsur nitrogen. Lalu pupuk yang mengandung unsur P dan K biasanya diberikan saat tanaman memasuki fase generatif. Bila salah pemberian, contohnya bila memberikan unsur N pada fase generatif dimana saat itu tanaman sedang memulai tahap pembungaan, justru tanaman akan jadi terlalu rimbun dan terlambat untuk berbunga.
Itulah mengapa pemilihan pupuk jadi salah satu hal yang penting. Kebanyakan kita lalu memilih pupuk kimia karena dirasa mudah serta dapat memberikan nutrisi lebih banyak dengan respon yang lebih cepat terhadap tanaman, tentu tanpa mempertimbangkan dampaknya. Padahal pupuk kimia dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, loh. Penggunaannya yang terlalu sering juga bisa merusak tanah. Saya pernah mendapati tanah tanaman kesayangan yang terlalu sering saya beri pupuk kimia karena merasa biar lebih cepat tumbuh, malah mengeras dan berujung tanaman layu berujung mati.
Memilih Pupuk Organik yang Terbaik
Mungkin alasan ini jugalah yang membuat kesadaran masyarakat akan penggunaan pupuk alami atau organik semakin tinggi, karena sadar pentingnya menjaga lingkungan. Pemberian pupuk organik juga bisa menekan bea produksi karena pembuatannya yang mudah nan murah dengan memanfaatkan limbah-limbah pertanian. Saya pernah mencoba membuat kompos, salah satu pupuk organik yang mudah pembuatannya. Sayangnya meski demikian, proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan jadi harus sabar menanti.
Nah agar tanaman cepat tumbuh dan berbuah, saya memakai pupuk yang membuat tanah bernutrisi dengan cara pemakaian yang praktis. Saya beri Pupuk Organik Dinosaurus, utamanya untuk tanaman arbei saya. Sudah lebih dari 2 minggu ini saya menggunakannya dan takjub sekali dengan hasilnya. Sungguh, inilah alasan mengapa kini kami bisa panen buah dari halaman sendiri. Senangnya...
Jadi Pupuk Organik Dinosaurus ini adalah pupuk yang menggunakan bahan-bahan organik dari alam sehingga baik untuk kesuburan tanah dan tumbuhan. Beda dengan pupuk lainnya, Pupuk Organik Dinosaurus menggunakan teknologi fermentasi dengan bakteri baik yang bersimbiosis dengan tanaman. Nah bakteri baik ini bisa beri unsur-unsur penting penyuburkan tanah dan mencegah kehadiran pathogen bakteri jahat. Dengan begitu, tanaman yang diberi Pupuk Organik Dinosaurus jadi bisa cepat berbuah, banyak jumlahnya, dan hasilnya sehat untuk dikonsumsi. Yay!
Pupuk Organik Dinosaurus ini beda dengan pupuk kimia yang hanya melengkapi unsur tanpa menyuburkan tanah. Kalau pakai pupuk kimia kan tanah jadi rusak dalam penggunaan jangka panjang, malah kemudian jadi melambat produksi panennya setelah beberapa tahun. Sayang kan. Karenanya lebih baik pakai Pupuk Organik Dinosaurus yang terbukti juga bisa bantu menyuburkan tanah, sehingga panen bisa melimpah tapi kondisi tanaman tetap baik dan sehat.
Keunggulan Pupuk Organik Dinosaurus
Saya berkenalan dengan Pupuk Organik Dinosaurus gara-gara suka pantengin marketplace. Pakai kata kunci pupuk organik dan ada iklan soal Pupuk Organik Dinosaurus. Saya baca-baca dulu deh, saat itu tertarik namanya yang unik. Maksudnya apa ya kok Dinosaurus? Kan biasanya pupuk organik itu dari kotoran hewan ternak seperti kambing, sapi, ayam dan bukan dinosaurus sang hewan purbakala.
Ternyata awal sejarah Pupuk Organik Dinosaurus itu atas usaha dalam menghasilkan pupuk terbaik dengan harga terjangkau untuk mewujudnyatakan kemakmuran dan kesejahteraan petani Indonesia. Udah ada sejak 11 tahun lalu saat terjun dalam program pemberdayaan para petani di daerah Timur Indonesia, loh. Dibuat oleh pemuda Aceh yang juga alumnus UGM. Karya anak bangsa, nih.
Lalu nama Dinosaurus terinspirasi dari tanaman-tanaman zaman dahulu yang dapat tumbuh besar dan subur dengan bahan-bahan alami. Pupuk Organik Dinosaurus ini beda dengan pupuk berbahan kimia yang dapat mengurangi kualitas tanah, sebab pupuk berbahan organik dan mikroba dapat secara alami mengembalikan unsur hara yang telah tereksploitasi selama ini sehingga tanah kembali menjadi subur. Tanaman jadi bisa hidup dengan baik, deh.
Keunggulan lain dari Pupuk Organik Dinosaurus adalah bentuknya yang cair sehingga sangat mudah penggunaannya. Pakai perbandingan 1:50 untuk dicampurkan dengan air. Saya menggunakannya di awal tanaman arbei saya mulai tampak berbuah, tapi saat itu ukurannya masih amat kecil. Salah satu usaha saya dalam meningkatkan hasil panen arbei nih, ya pakai Pupuk Organik Dinosaurus ini.
Hasilnya gak sangka loh. Baru sekali pemakaian, yang saya lanjut dengan penyiraman rutin dengan air biasa tiap harinya, jumlah bakal buah terus bertambah. Hingga akhirnya rimbun, buah kemudian mulai membesar ukurannya. Buah dari tanaman arbei setinggi setengah meter yang saya tanam di pot diameter 50 cm ini jadi terlihat menggoda sekali. Awalnya berwarna hijau, lalu memudar jadi kemerahan dan jadi hitam saat matang.
|
sebelum diberi pupuk organik dinosaurus |
|
buah masih kecil dan jarang
|
|
disiram pupuk organik dinosaurus |
|
arbei besar-besar berkat pupuk organik dinosaurus |
Ukuran buahnya juga jadi hampir sama dengan tanaman arbei yang tingginya lebih dari 2 meter punya tetangga di belakang rumah. Buah arbei saya rata-rata ukuran 3 hingga 4 cm, pokoknya jadi menyenangkan sekali memetiknya. Si pohon imut dengan buah yang lebat, siapa yang tak bahagia kan? Apalagi ini kali pertama setelah 3 tahun penantian, haha. Kenapa tak kenal Pupuk Organik Dinosaurus sedari dulu sih?
Setelah banyak yang dipanen, rupanya bakal buahnya kembali muncul. Tampak beberapa buah sekarang menuju warna kemerahan. Efek Pupuk Organik Dinosaurus benar-benar saya rasakan. Tanaman yang sulit berbuah, jadi dapat diperbaiki berkat Pupuk Organik Dinosaurus.
Ini saya siram lagi Pupuk Organik Dinosaurus ke tanaman arbei, biar makin sehat dan buahnya kembali lebat. Saking sukanya, saya sampai berikan Pupuk Organik Dinosaurus pada tanaman tomat punya tante di depan rumah. Wow! Padahal kami sama-sama awam soal tanam-menanam, tapi jadi puas dengan hasilnya. Si tomat jadi banyak buahnya dan gede-gede.
Padahal baru sekali diberi Pupuk Organik Dinosaurus pada 2 minggu lalu, loh. Selanjutnya disiram air biasa. Tante takut pakai pupuk kimia, kan tomatnya dimakan sendiri. Takutnya kalau pakai pupuk kimia, berefek pada hasil buahnya, kan ada anak kecilnya juga nih yang turut mengkonsumsi. Syukurlah diberi Pupuk Organik Dinosaurus, buah tomatnya jadi rimbun, besar dan memuaskan.
Gara-gara itu, saya jadi tertarik punya bibit tomat. Kebetulan sebulan lalu saya coba 'deder' biji tomat dari buahnya yang matang, yang membusuk di kulkas. Eh ternyata tumbuh, tapi karena cuma disiram air jadi pertumbuhannya terlambat. Batangnya kurus, dan tak seberapa tinggi.
Ikhtiar memperbaiki kondisinya, saya beri Pupuk Organik Dinosaurus juga deh. Sama dengan pemberian pada tanaman arbei sekitar 2 minggu lalu, kini bibit tomat saya menggemuk dengan jumlah daun yang terbilang lumayan dan ukuran daunnya juga membesar. Setelah ini bakal saya pindah tanam ke polibag, biar bisa makin besar. Saya rajin beri Pupuk Organik Dinosaurus sebanyak 3 kali dalam sebulan, biar tanaman tomat tumbuh dengan sehat dan bisa panen lebih banyak dari tante depan rumah.
Memang ya, kini bertanam bukan lagi sekedar hobi. Tak hanya menyenangkan hati, tapi sudah jadi bagian lifestyle masyarakat modern. Siapa sih yang tak mau panen dari halaman sendiri? Ada rasa bangga, sekaligus banyak manfaat yang dirasakan.
Makanya, teman-teman yang mulai hobi tanam-menanam, jangan lupa sedia Pupuk Organik Dinosaurus ya. Sudah banyak terjual di marketplace kok, harganya tak menguras kantong. Di shopee pupukdinosaurus harga untuk kemasan botol 250 ml hanya Rp 25.000,-. Beli seliter lebih murah, jadi hanya Rp 66.000,-. Pemakaian irit, harga murah, hasilnya maksimal.