Olahan nasi menjadi andalan saya akhir-akhir ini. Pemicunya ialah si kecil yang tiba-tiba melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Padahal sebelumnya dia begitu lahap menyantap apa yang saya sajikan. Mulai potongan buah, kacang-kacangan rebus, ubi ataupun singkong goreng keju, hingga nasi dengan aneka lauk dan sayur bening. Tapi kini tak lagi sama.
Entah bagaimana awalnya sehingga si kecil tampak ogah-ogahan saat saya sajikan nasi hangat dengan lauk ayam goreng dan sayur bayam di piringnya. Saya pikir dia tak suka sayurnya, masa saya ambil si hijau dan hanya sisakan kuahnya. Namun si kecil tetap menggelenggkan kepala, hingga kemudian saya putuskan menanyakan apa yang kurang dia sukai. Dengan bertanya tentu akan jelas apa masalahnya.
Zril, begitu saya memanggilnya, mengatakan kalau dia tak suka nasi. "Apa nasinya keras?" tanya saya lebih lanjut. Ia kembali menggeleng dengan cepat. "Atau mau bubur?" saya masih penasaran.
"Jil gak suka putih."
Jawaban yang sungguh di luar dugaan. Jadi dia tak menyukai warnanya? Berarti memang benar apa yang pernah saya baca bahwa si kecil lebih suka sesuatu yang menarik matanya. Termasuk makanan dengan aneka warna yang membuatnya tergoda mencicipinya. Saya rasa orang dewasapun demikian, karena rasa bosan itu manusiawi.
Saya jadi berpikir bagaimana cara menyulap nasi putih jadi lebih menggugah selera dalam waktu singkat. Saya tahu kalau Zril paling suka nasi kuning yang rasanya begitu gurih karena ada campuran santan dan rempah-rempah di dalamnya. Akan tetapi proses memasaknya terlalu lama, saya tak mau kalau sampai Zril melewatkan jam makannya demi menunggu nasi kuning matang dengan sempurna. Kalaupun beli, di mana? Jarang ada penjual nasi kuning berkeliling, kecuali bila ada tetangga yang punya hajat dan berbagi nasi kuning.
Ah lebih baik membuat olahan nasi yang mudah tapi rasanya enak. Akhirnya saya membuat nasi goreng mentega, dimana kebetulan ada margarin di lemari es. Saya cairkan margarin, lalu mengocok telur dan membuat telor orak-arik. Setelah itu memasukkan nasi ke dalamnya dan menambahkan mentega kembali. Sebagai penambah rasa, sedikit kaldu ayam dan garam pun ditambahkan. Lalu disajikan hangat-hangat, di mana Zril berbinar menatapnya.
Sebelum masa Zril bisa makan sendiri, saya kerap membuat olahan nasi goreng dengan menambahkan banyak saos tomat ke dalamnya. Sebelumnya tentu menumis bawang merah dan bawang putih yang telah dihaluskan. Namun kini tak lagi memasak olahan nasi goreng merah sebab aromanya yang begitu menusuk dan membuat si kecil kerap bersin meski jarak dapur dan ruang tengah lumayan jauh. Apakah aroma tumisan bawang semenusuk itu?
Olahan nasi goreng kerap dikatakan sebagai sajian yang paling mudah dibuat. Sayangnya selama 3 tahun berumah tangga ini, saya belum terlalu mahir membuatnya. Mungkin karena saya hobi menambahkan gula, sehingga nasi goreng yang harusnya gurih malah jadi cenderung manis. Pun kurang mahir dalam meratakan bumbu sehingga kadang ada bagian yang terlalu asin di satu sisi tapi hambar di sisi yang lain.
Rupanya resep olahan nasi goreng tak bisa sembarangan. Hanya para ahli masak profesional yang bisa sesuka hati menaburkan gula dan garam dan menghasilkan rasa yang pas. Amatir seperti saya malah harus berulang kali menyicipi rasanya agar bisa seimbang manis asinnya, sehingga pas gurih dan tidak condong sebelah. Belajar dari mencontek resep olahan nasi goreng bisa jadi solusi agar bisa terus sajikan hidangan lezat untuk keluarga tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*