Ceritanya,
saat itu saya cek jumlah pakan Tyto, burung hantu saya. Karena cara merawat burung hantu ialah dengan rutin memberi pakan agar cepat endut dan
sehat selalu, maka saya tidak ingin kehabisan stok pakan Tyto.
Tenyata
saudaraaaah, si emprit tinggal 4, artinya saya harus ke pasar untuk membeli
beberapa burung mungil tersebut untuk pakan Tyto selama beberapa hari.
Maka
di liburan yang indah, masa di mana harusnya saya habiskan dengan berleha-leha
bersama para kucing di atas kasur,
kemudian saya isi dengan naik angkutan kota. Saat itu saya belum menikah dan tinggal di rumah Mama yang
berada di Kota Pasuruan. Pasar hewan di sini letaknya di Kebunagung, sekitar 5
Km dari kediaman saya. Lumayanlah, sepanjang perjalanan saya sempatkan diri
untuk selfie :D
"Tyto tambah gendut?" tanya yang ngasih Tyto
"Gak
punya timbangan hewan."
"Kamu
kasih burung emprit kan?"
"Iya.
Sehari 3. Kadang kalau banyak yang mati, tak kasih sampai 8
ekor per hari."
Yang ngasih agak syok, "Kamu kasih burung mati?"
"Iyaaa
... Kenapa?"
"Nanti
Tyto sakit terus mati, loh!"
"Ah
masaaaaaa?"
Masa sih ada burung hantu mati karena makan makanan mati? #eh
Ya kan saya mikirnya ... sayang banget kalau emprit matinya cuma dikubur. Kalau dimakan sekalian kan jadinya gak mubadzir. Matinya juga gak sampai sehari, paling beberapa jam. Gak busuk, kok. Yaaaah ... ada beberapa semut yang gigitin mayat burung aja. #uhuk
Sepanjang perjalanan, saya terus mikir, "Tyto bakal mati gak yaaa?"
Kalau
sampai mati, saya jadi ibunda yang tidak bergunaaa ... Urus burung saja gak
bisa, gimana nanti urus anaaaak?
Terus,
sesampainya di pasar burung, saya nyari Pak Hari. Beliau adalah penjual burung
emprit. Satu-satunya penjual burung emprit di pasar burung Kota Pasuruan.
Seperti biasa, saya beli Rp 20.000,- dan dapat 20-an burung emprit. Bisa untuk
seminggu, lah. Kadang dibonusin beberapa ekor lagi, kan saya pelanggan tetap,
hihi. Kadang dikasih burung emprit yang mati atau yang lagi sekarat, disuruh
langsung kasihkan Tyto biar dimakan. Tuuuh ... yang jualan aja nyuruh Tyto
makan mayat!
Emang mayat burung itu haram dimakan burung, ya?
Setahu saya sih, mayat ikan aja boleh dimakan manusia. Kalau mayat hewan lain sih enggak boleh. Tapi ini kan yang makan sesama burung, masa haram? Masa bikin sakit? Masa ntar Tyto mati setelah makan ini?
Di pasar burung, ramai lelaki. Iyaaa... cuma saya yang perempuan. Pada heran juga, kok ada perempuan yang suka burung, mana burungnya burung emprit =.="
"Mbak, mbak ... suka burung, ya?"
Inih
pertanyaan apaaaah?
Tapi
ya biarin saja. No reken. Tidak perlu dihiraukan suara-suara
sumbang tersebut. Yang penting saya dapat emprit, Tyto bahagia.
Waktu pulang naik angkot lagi, Pak Sopir tanya tentang apa yang saya bawa. Saya jawab kalau itu emprit buat pakan Tyto. Pak Sopir bilang kalau saya ini keji, membunuh burung kecil yang tak berdosa.
Jeng jengggg!
Kalau
saya gak beli emprit, saya juga jadi manusia keji karena menelantarkan
Tyto >.<
Tyto kan amanah. Mau gak mau ya harus saya pelihara setulus hati, walau sering saya beri burung mati. Hiyaaaa ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*