Saya pernah mengalami
masa itu, tapi bukan karena saya manusia zaman dahulu yang harus berpindah
karena kehabisan makanan. Namun karena memang harus demikian untuk hidup yang
lebih baik. Eh perbedaannya ternyata sdikit, yah. Berarti mungkin nomaden
adalah naluri manusia.
Sejauh ini masih di
sekitar Jawa saja, kok. Hanya 4 kota yang pernah saya tinggali dan itu
mengisahkan cerita yang berbeda-beda.
Kota-kota itu adalah:
1. Kota Pasuruan, Jawa Timur
Kota kelahiran saya,
nih. Meskipun Mama asli Sidoarjo dan Abi dari Surabaya, namun keduanya menetap
di kota kecil ini selepas menikah. Akhirnya saya ikut lahir dan besar di sini,
deh. Tepatnya lahir di rumah sakit, tempat kerja Mama.
Saya dari TK hingga
SMA sekolahnya di sini. TK-nya di dekat tempat kerja Mama, biar kalau antar
jemputnya mudah saat Mama kerja. Biasanya kalau dinas pagi, saya yang pulang
sekolah juga ikut Mama kerja. Duduk manis di ruangan melihat Mama dan
teman-temannya hilir mudik melayani pasien.
2. Kota Surabaya, Jawa Timur
Puas menikmati kota
sendiri, saya punya cita-cita kuliah di kota besar. Alhamdulillah terkabul
setelah saya diterima di Politeknik Kesehatan Negeri di Kota Pahlawan. Awalnya punya
gambaran buruk kalau bakal ngekost, padahal saya tuh paling susah harus masak
sebelum makan. Untunglah ternyata tinggal di asrama, kuliah di kota sebelah
jadi makin betah.
Di jiwa remaja yang
beranjak menuju dewasa awal, ada banyak konflik batin. Di saat tinggal di kota
ini, saya mengalami pendewasaan diri di bidang menjalin kasih. Putus dari cinta
pertama dan menemukan cinta baru dengan harapan baru. Tapi walau bertabur
cinta, malah hubungan dengan teman sekamar tak saling sapa. Itu karena naksir
si dia eh si dianya malah nembak saya.
Baca juga: Surabaya, Kota Impian Semasa Muda
3. Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Lepas kuliah, saya
pernah mencari nafkah ke provinsi tetangga, Yogyakarta. Bertahan hidup seorang
diri di daerah baru yang sama sekali belum pernah ditinggali itu menjadi sebuah
momen yang tidak pernah terlupakan. Masih teringat jelas bagaimana saya ke sana
naik kereta bisnis, duduk sendiri dan mencoba menghibur diri dengan menikmati
pemandangan yang terlewati.
Di sini saya merasakan
kebebasan yang ekstra. Tidak ada yang mengatur kapan saya harus makan dan tidur.
Tidak ada yang melarang saya pergi ke mana dan pulang jam berapa. Tapi kebebasan
ini tidak membuat saya alpa untuk emnjaga diri. Pengalaman boleh bertambah,
namun prinsip budaya timur wajib dijunjung tinggi. Inilah yang namanya mandiri
yang bisa jaga diri.
4. Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Setelah menikah, saya
hijrah ke kabupaten asal Mama. Tapi beda wilayah, masih setengah jam jarak
tempuhnya dari daerah kelahiran Mama. Meski berada di daerah baru, rasanya tidak
asing dan sangat senang karena di sinilah awal saya menyandnag status baru
sebagai istri dan ibu. Semoga hingga menutup mata bisa di sini, melihat
bagaimana sang buah hati tumbuh dan besar di sini.
Mbak q baca kok ikut penyuluhan ibu hamil di balai desa kemasan,aku sendiri orang semaji.hehe
BalasHapus