Kalau ditanya apa tempat wisata impian saya, tentu hanami di
Jepang.
Mungkin banyak yang belum tahu apa itu hanami, ya? Padahal sudah banyak disajikan dalam film-film kartun Jepang seperti pada Chibi Maruko Chan dan Crayon Shincan. Saya sendiri tahu hal ini dari tontonan anak tersebut.
Mungkin banyak yang belum tahu apa itu hanami, ya? Padahal sudah banyak disajikan dalam film-film kartun Jepang seperti pada Chibi Maruko Chan dan Crayon Shincan. Saya sendiri tahu hal ini dari tontonan anak tersebut.
Hanami adalah kebudayaan masyarakat jepang melihat mekarnya
bunga. Kegiatan ini sudah ada sejak berabad-abad lalu. Dulu di periode
Nara (710-794), bunga plum
atau ume yang dinikmati. Baru sejak periode Heian (794-1185), bunga sakura menjadi lebih menarik untuk dinikmati
dan sejak saat itu Hanami identik dengan menikmati indahnya bunga sakura.
Kegiatannya selain memandang bunga pink ini ialah duduk-duduk
di bawah pohon sakura bersama keluarga atau rekan kerja, layaknya piknik
bersama. Hanami terjadi di musim semi yang hangat. Ditambah kenikmatan sakura
mochi. Hmmm mantap! Itu tuh, kue mocha kenyal isi kacang merah manis yang
berwarna pink layaknya bunga sakura.
Hanami ini kegiatan yang langka loh. Dalam setahun,
periodenya hanya bisa berlangsung sekitar 2 minggu. Oleh karenanya pertumbuhan
bunganya sangat diawasi oleh penanamnya. Biasanya bunga sakura mekar di seluruh
Jepang dari akhir bulan Maret hingga awal bulan Mei, atau di bulan Febuari
untuk Pulau Okinawa. Asyiknya, jadwal mekarnya bunga sakura ini selalu
diumumkan oleh badan cuaca di sana setiap tahunnya jadi kita tidak akan
ketinggalan berita.
Asal tahu saja, hanami tidak hanya sekedar duduk dan
makan-minum. Yang paling penting pada kegiatan ini adalah hangatnya
kebersamaan. Inilah hal yang saya suka. Dengan bermandikan kelopak bunga, bisa
sambil bercanda dengan Mama dan anggota keluarga lainnya. Ditambah menyantap masakan
nikmat orang tua, sungguh membuat hati berbunga.
Di Surabaya, kota yang dekat dengan rumah saya, kabarnya
juga ada bunga sakura. Mirip, sih. Namanya
Tabebuya dari Brazil. Bulan November lalu bemekaran dan Kota Pahlawan itu makin
elok dengan kelopak bunga warna-warni yang menghiasi jalannya. Sayangnya tanaman
berbunga indah tersebut letaknya di tepi jalan raya. Masa harus selonjoran di
trotoar? Nanti diciduk Bu Walikota, Ibu Risma. Hiii!
Kalau Hanami di Jepang kian istimewa sebab ada 3 jenis
sakura. Dikutip dari matcha-jp.com, ada jenis Satozakura yang kelopak bunganya
bertumpuk-tumpuk, Someiyoshino yang merupakan jenis terbanyak dilihat di Jepang
dan Shidarezakura yang imut dengan cabang batang menggantung di bawah.
Ada hikmah dari kebudayaan ini loh. Siklus bunga sakura yang
indah dilihat dan bercahaya dianggap sebagai cerminan hidup manusia karena
hanya singkat saja masanya di dunia. Kemudian rontok dan menjadi satu dengan
tanah. Yang saya suka dari tradisi ini, katanya kita dilarang ‘mengganggu’
bunga sakura, baik memetik atau memegang bunga yang menempel pada pohonnya. Hanya
boleh memotret, mengabadikan tanpa merusak.
Semoga suatu saat bisa ke sana bersama keluarga besar,
terutama Mama. Aamiin.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*