Kasih ibu sepanjang
jalan, kasih anak sepanjang galah.
Pribahasa tersebut benar
adanya. Apalagi setelah saya menjadi ibu, memang terasa bahwa hidup ibu seluruhnya
untuk anak. Tidak ingin anak susah, tidak mau anak menderita, dan terus berdoa
agar hal-hal baik terjadi pada buah hatinya.
Andaikan anak punya
emas segunung pun, tidak akan bisa membalas jasa ibunya. Perjuangan ibu saat
melahirkan anak adalah antara hidup dan mati, bagaimana ibu menyusui anaknya
tentu dengan sepenuh hati, belum lagi saat tangis anak terdengar pasti ibu
langsung bertindak. Kantuk dilawan, capai tak dirasa. Ibu bagaikan superwoman
yang selalu ada kapanpun anak membutuhkan.
Hingga anak dewasa dan
bekerja, tidak juga bisa sepenuhnya membahagiakan orang tua. Apalagi saat
berumah tangga, kebanyakan orang tua tidak bisa mengecap hasil keringat anak
yang disayangnya. Tidak seperti orang tua yang bekerja demi mencukupi kebutuhan
buah hati, anak hanya akan ingat saat ada ‘sisa’ anggaran bulanan hidupnya.
Jujur, ini pula yang
terjadi pada saya. Saat telah bekerja, telah saya tekadkan bahwa gaji pertama
saya untuk Mama. Nyatanya… dengan halus Mama menolak dan bahkan mengajak ke
toko agar saya bisa membeli pakaian untuk saya sendiri. Mama tidak minta
apa-apa. Hanya ingin saya bahagia dan sehat selalu.
Lalu saya menikah dan
tidak lagi bekerja di instansi, tentu tidak ada gaji dan tidak bisa memberi. Uang
dari suami hanya bisa untuk hidup kami. Akhirnya saya bekerja freelance menulis dari rumah, dapat upah
dan semua untuk Mama. Awalnya lagi-lagi Mama menolak, tapi saya yakinkan bahwa
saya benar-benar tidak perlu uang itu. Sudah ada suami yang mencukupi kebutuhan
hidup. Tinggal saya yang ingin membantu kehidupan Mama di kota seberang dengan
hasil buah pikir diri ini.
Sekarang saya
berandai-andai, andai…saya punya uang 100 juta, entah dari undian apa atau dari
menang lomba apa, yang saya lakukan adalah sujud syukur dan langsung saya
berikan pada Mama. Nominal demikian tidak sebanding dengan jasa Mama yang
merawat dan mendidik saya. Ingin sekali hal tersebut terjadi, karena saya juga
sadar hasil kerja freelance tidak
akan bisa mencapai sebesar itu.
Saya ingin 100 juta
bisa meringankan beban hidup Mama sebagai tulang punggung keluarga. Selain itu,
uang segitu semoga juga bisa mewujudkan impian Mama untuk umroh, melihat tanah
suci kembali. Di tahun 2008, Mama berkesempatan ke tanah suci sebagai tenaga
medis jamaah haji. Alhamdulillah, senang sekali Mama bisa berhaji tanpa biaya
sepeserpun. Dengan kondisi kami, rasanya untuk bisa melihat Mekkah dan Madinah
rasanya bagai mimpi.
Semoga keinginan saya
ini bisa terwujud. Walau mimpi, 100 juta inshaAllah bisa saya beri, meski harus
bertahap dan butuh waktu lama. Semoga saya bisa terus menyenangkan hati Mama. Dan
semoga Mama selalu bahagia di kota kelahiran Mama. Aamiin.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*