Wihiii...
|
pose sama Mama sebelum bus berangkat |
Minggu (14
Desember 2014) saya rafting sama
Mama. Iyaaa, padahal pada postingan lalu saya bilang kalau gak pernah nulis Jelajah lagi karena tidak pernah jalan-jalan
lagi. Eh kok yaaa Sabtu-nya diminta kepala ruangan ikutan even outbound tahunan. Mama juga maksa saya
ikut, alasannya biar ada yang jagain Mama. Hiyaaa... padahal udah janji mau
ikutan acara temu blogger di
Surabaya. Gimana yaaa? Akhirnya biar gak dicap anak durhaka, saya memilih ikut
acara rumah sakit saja.
Acara dimulai dengan kumpul jam 6 pagi di halaman rumah sakit dr R.
Soedarsono Kota Pasuruan. Karena bangunnya agak kesiangan, saya cuma sempat gosok
gigi, wudhu, sholat, ganti baju dan berangkat. Hihi. Ya maaf kalau nanti ada
yang mual muntah pas ngebau badan saya. Apa daya waktu mepet, yang penting kan
gak telat datang. Toh nanti juga basah-basahan, lumayan lah anggap saja mandi
di kali.
Jam setengah 7, 3 bus berangkat membawa 150-an karyawan rumah sakit menuju
Base camp rafting Obech yang ada di kawasan Wisata Alam Bandulan, Pacet,
Mojokerto. Perjalanan dari Pasuruan memakan waktu sekitar 2 jam untuk tiba di
area perbukitan yang dikelilingi pohon cemara yang cukup tinggi itu, jadinya
sepanjang perjalanan saya tiduran dulu. Bangun-bangun, badan kan jadi fresh dan siap lahir batin untuk
main-main.
|
seragam wajib untuk outbound |
Saat melintasi Pos Polisi Pacet, bus
diminta berhenti. Penumpangnya pada komentar karena perjalanan terhambat. Otomatis
saya terbangun, dijawil senior karena diminta menemaninya buang air kecil di
kamar mandi Pos Polisi. Eh itu Polsek deh kayaknya. Maaf ya saya lupa. Pokoknya
masih 1 Km lagi untuk sampai Obech.
Pak Polisinya bilang kalau lebih baik rombongan
kami dikawal polisi. Soalnya jalannya naik-turun serem gitu, kalau dikawal
Polisi jadinya lebih aman. Tapi berhubung panitia emoh mengeluarkan anggaran kawalan polisi, jadinya kami dioper naik
angkutan umum. Asyik! Semilirnya angin yang menerpa wajah memupus rasa cemas
kami pada jalanan yang landai.
|
Mama di pintu masuk Obech |
Jam 10-an kami sampai di pintu masuk Obech.
Mama minta pose dulu. Siplah, untung anaknya ini punya bakat fotografi. Engg...
jangan-jangan Mama minta saya ikut bukan buat ngawal, tapi buat jadi tukang
foto, yak? Haha.
Obech punya fasilitas yang lumayan
lengkap. Selain kantor administrasi, ada pendopo untuk tempat makan, sejumlah
kamar mandi yang bersihdan eksotis, mushola di alam bebas, serta fasilitas
bermain outbound yang
luas untuk flying fox, camping ground dan lainnya. Kami dari bus 1 yang baru
datang, diminta istirahat dahulu lalu melakukan pemanasan untuk langsung rafting. Uwow! Sedangkan sisanya dari
bus 2 dan 3, main-main dulu di halaman Obech yang luas. Selamat bermain! Saya main
air dulu yaaa...
|
area Obech luas banget |
|
sebagian outbound, sebagian lainnya rafting |
Kami menggunakan sungai Kromong
sebagai area rafting.
Sungai permanen ini mempunyai grade 2-3 yang hampir 90 % penuh jeram,
berhawa sejuk, dan pesona alamnya sangat eksotik. Itulah mengapa banyak yang pacaran di sisi sungai
ini. Kebanyakan adalah para cabe-cabean dan terong-terongan. Haduuuh... anak
muda zaman sekarang. Modal dikit dong, rafting
kek kayak saya, kan cuma 199ribu per orang. Hihi, padahal saya rafting ini juga gratisan sih.
Sebelum menuju sungai Kromong, kami
diminta memakai helm dan jaket pelampung. Kalau para pengarung jeram
profesional memakai peralatan yang lengkap, kami cukup pakai 2 alat ini saja. Ini
saja sudah ribet, para senior udah ngomel, “Beraaat... Aduh kok berat gini?”
Termasuk Mama saya yang jaket pelampungnya kekecilan. Eh ini jaketnya kekecilan
atau badannya yang kebesaran? Hihi. Kalau rafting
pilih helm yang bagus dan berbunyi KLIK saat pengaitnya disatukan ya. Ini kunci
keamanan, karena siapa tahu ada benturan di kepala jadinya masih aman karena terlindungi
helm.
Walau sungainya dekat dengan base camp Obech, tapi untuk menuju titik
poin kami harus naik pick up. Kan air
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, jadi naik ke perbukitan
dulu. Setelah 10 menit perjalanan, sampailah kami di suatu tempat. Karena mobil
tidak bisa mendekat ke lokasi start,
kami kudu jalan kaki menuruni tebing terjal. Harus hati-hati agar tidak tergelincir
dan terjatuh ke jurang sedalam lebih dari 30 meter.
Tahu gak apa fungsi pemanasan sebelum rafting? Biar gak ngos-ngosan jalan
menurun melewati jalan setapak. Pemandangan sepanjang perjalanan menuju tepi
sungai Kromong indah banget loh. Rasa capai jadi berkurang dengan mengagumi
keindahan alam. Apalagi jalannya ramai-ramai, sambil ngerumpi eh gak kerasa
udah nyampai aja.
|
semangat! turun bukit untuk menuju sungai |
|
sebelum rafting, pose dulu sama tim besar |
Para trainer
sampai start terlebih dahulu. Mereka lalu
menggembungkan boat self bailing
dengan pemompa agar bisa dinaiki. Ini tipe perahu dari karet tebal yang
dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga kalaupun air masuk
dalam perahu tidak akan menggenangi lantai perahu. Nah, setelah perahu penuh
angin, para trainer menyeret perahu
masing-masing ke tepi sungai, lalu meminta 3 peserta naik ke perahu.
|
trainer seret perahu |
Karena anggota saya adalah Mama yang usianya
setengah abad dan Bu Anis yang usianya 58 tahun, otomatis sebagai anggota
termuda saya duduk di depan sendirian. Yang duduk di depan harus mahir menjaga
keseimbangan agar perahu tak mudah terbalik. Untungnya saya pernah ikutan rafting di Probolinggo, jadi ada
pengalaman lah, gak takut-takut amat. Yang penting duduknya nyaman, kedua
tangan erat berpegangan pada kedua tali di sisi kanan-kiri saya.
Untuk yang duduk di belakang saya, sisi kanan
ada Mama yang kudu pegang tali di sisi kanannya dan tali di depannya. Bu Anis
juga wajib berpegangan erat pada tali di depannya dan tali di sisi kiri. Kami harus
mendengarkan aba-aba Teguh. Saat perahu terhenti karena terganjal batu, kami
harus menggoyangkan perahu agar mau jalan lagi. Ketika ada turunan yang cukup
seram, kami harus melakukan posisi boom
yakni duduk jongkok dan tubuh condong ke belakang. Kompak itu keharusan, kalau
tidak mau perahu terguling seperti pada tim di depan kami.
Arus sungai Kromong yang cukup deras membuat
kami tak perlu memakai dayung. Hanya trainer
kami yang bernama Teguh yang mendayung untuk membantu perahu agar tidak nyangkut pada bebatuan. Nah, sepanjang
perjalanan mengapung di sungai, seru banget! Walau harus berpegangan rapat pada
tali, teriak-teriak dan boom
berkali-kali tapi benturan perahu pada bebatuan tidak membuat kami ketakutan,
malah ketagihan.
|
posisi boom untuk area turunan seperti ini |
|
seru banget kan? |
|
nyemil di rest area |
Lamanya rafting
ini sekitar 2 jam. Di pertengahan jalan, kami berhenti di rest area dan nyemil jemblem plus teh hangat. Jemblem ini camilan
tradisional yang terbuat dari singkong yang dilumatkan, dibubuhi gula merah di
tengahnya, dikepal, kemudian digoreng. Enaknya nyemil yang hangat-hangat saat kedinginan...
Nah kan benar, walau berangkatnya gak pakai mandi yang penting kan akhirnya
mandi juga di kali, hihi.
Perjalanan di lanjut lagi. Seru-seruan
lagi di kali sambil ngelihatin anak-anak abegeh yang pacaran, itu disuruh sama
Teguh, trainer kami yang usianya 22
tahun. Soalnya kata dia, siapa tahu ada tetangga atau anak saudara yang nyasar di mariii ...
|
yay! ini tim saya! Jepretan Mas Riski. |
|
mushola di tengah kebun bunga |
Rafting kelar, acara makan di pendopo Obech dimulai. Tapi kami
bersih diri dulu, ganti baju, sholat lalu pose di bunga-bunga. Bagi yang tidak
membawa baju ganti, bisa loh beli kaos Obech, harganya 75 ribu. Ihiy! Perut
lapar jadi kenyang usai menikmati sajian sederhana semacam nasi krawu, lele dan
wader goreng, peyek kacang dan semacamnya.
Saat rafting,
ada kru pendokumentasinya. Kami bisa membeli file-nya dengan harga 20ribu per file. Mahal ya, itu hanya berupa file dan tidak bisa dicetak di tempat. Untung sepanjang acara saya
dekat-dekat dengan Mas Riski, jadinya kejepret terus dan punya file-nya dengan gratis, haha. Makasih ya
Mas Riski. Sampai berkorban ribet nyimpan di tas plastik, kehabisan baterai dan
berkali-kali dipanggili cuma buat minta difoto.
Oiya,
waktu saya lihat-lihat foto tim saya di komputernya Mas Fotografernya
Obech, beliau bilang ke Mama, "Foto ini bagus, Bu!" sambil nunjuk muka
Mama di foto. "Oiya, Adik yang ini mana?" tanyanya sambil nunjuk foto
saya di layar komputer.
|
selfie emak-anak |
"Lah ini ..." Mama menoleh pada saya yang tepat berada di sebelahnya.
Mas Fotografer mengernyit. "Masa sih? Kok beda? Manisan saat rafting tadi. Apa karena senyumnya ya?"
Uhuk!
Sakiiit hati saya mendengarnya. Tuh kannn, tahu gitu gak mandi. Kalau
saya mandi kan hasil akhirnya begini, kecantikan memudar. Haha.
Kami melenggang pergi dari Obech
menjelang Maghrib. Untung deh jalanan gak macet, jadi nyampai Pasuruan jam 8
malam. Eh pas ketemu satpam, dikabari kalau ada 2 paketan buat saya. Iya,
biasanya kalau pengirimna via JNE ampainya ke rumah sakit, soalnya alamat rumah
saya tuh ribet, maklum di pinggiran kota. Terus bergegas pulang, ganti baju,
leha-leha bentar dan berangkat lagi ke rumah sakit soalnya dinas malam. Capai
sih, tapi ya mau bagaimana lagi. Untungnya pasiennya gak terlalu banyak jadi
masih sempat tiduran 2 jam di ruangan, hehe.
Serunyaaa rafting sama Mama! Kalau kalian sudah pernah rafting, belum?