Judul: Sekotak Kertas
Penulis: Narnie January
Penerbit: Puspa Populer
Terbit: 1, Oktober 2013
Tebal: 212 halaman
“Tubuh ayah yang terus membesar dan bulat
kini pelan-pelan berubah menjadi kotak. Kotak yang tak lagi asing bagiku, kotak
yang menemani kehidupanku selama beberapa tahun terakhir.
Nikha tidak pernah menyadari bahwa dia berbeda dengan teman temannya sampai akhirnya sebuah video tentangnya tersebar di sekolah. Dia terpaksa dipindahkan ibunya, hidup bersama ayah kandungnya seorang single parent. Hubungan tidak baik dan sikap ayah yang dianggap kurang menyenangkan membuat Nikha jengkel tak karuan.
Nikha dan kertas-kertas rahasianya, gadis itu hidup dalam sebuah pikiran yang menguasainya. Obsesivc Compuluve Disorder membuatnya kehilangan segalanya, bahkan diriya sendiri yang tak bisa dia kendalikan. Dia kehilangan segalanya karena OCD dalam dirinya dan sekarang OCD membelenggunya dengan perasaan takut untuk kehilangan sosok ayah yang baru saja dia dapatkan.
Ketakutan, kecemasan tanpa henti dan ritual tanpa henti menguasai gadis itu. Akankah Nikha bebas dari sekotak kertas penyelubung hidupnya?”
Nikha tidak pernah menyadari bahwa dia berbeda dengan teman temannya sampai akhirnya sebuah video tentangnya tersebar di sekolah. Dia terpaksa dipindahkan ibunya, hidup bersama ayah kandungnya seorang single parent. Hubungan tidak baik dan sikap ayah yang dianggap kurang menyenangkan membuat Nikha jengkel tak karuan.
Nikha dan kertas-kertas rahasianya, gadis itu hidup dalam sebuah pikiran yang menguasainya. Obsesivc Compuluve Disorder membuatnya kehilangan segalanya, bahkan diriya sendiri yang tak bisa dia kendalikan. Dia kehilangan segalanya karena OCD dalam dirinya dan sekarang OCD membelenggunya dengan perasaan takut untuk kehilangan sosok ayah yang baru saja dia dapatkan.
Ketakutan, kecemasan tanpa henti dan ritual tanpa henti menguasai gadis itu. Akankah Nikha bebas dari sekotak kertas penyelubung hidupnya?”
Sebuah tema yang baru
pertama kali saya baca dalam sebuah novel populer. Bila banyak penulis yang
ingin mentragiskan hidup tokohnya dengan menuliskannya sebagai pengidap kanker
dan sejenisnya, Narnie January berbeda. Ia ingin lebih membuka mata pembaca
tentang penyakit lainnya yang lebih condong ke masalah kejiwaan: OCD.
Untuk membuat pembaca lebih
menyelami karakter Nikha, penulis tidak menyebutkan tentang apa dan bagaimana
OCD itu. Ia hanya menuliskan kebiasaaan aneh sang tokoh utama dan bagaimana
respon orang-orang di sekitarnya. Baru pada pertengahan, yakni di halaman 94,
dijelaskan bahwa OCD ialah Obsesive
Compulsive Disorder dimana pengidapnya merasa terjebak oleh
pemikiran-pemikiran tentang bahaya yang akan menimpaya. Kemudian untuk
mengurangi rasa takut, maka pengidap OCD melakukan suatu hal yang
berulang-ulang yang tampak aneh di mata orang normal. Misalnya menghitung
lembaran kertas, ubin, mengikuti alur retakan jalan, motif kotak pada baju Ayah
dan sebagainya.
Dimulai dengan bagaimana
Nikha saat tinggal bersama ibunya, dengan celotehan bahwa ia ingin makan telur
ceplok yang bulat sebulat-bulatnya, setengah matang dan akan melumer ketika
ujung garpu menancapnya. Awalnya saya kira ia sosok yang perfeksionis, menyukai
kesempurnaan yang berlebihan. Namun kemudian tanda tanya muncul ketika
mengetahui ia hobi menghitung lembaran kertas secara sembunyi-sembunyi, dan ...
berulang-ulang kali hingga jam tidurnya terganggu.
Lalu teman-teman di sekolah menganggapnya
aneh, seorang weirdo. Bahkan tega merekam segala tindakan ganjilnya hingga Nikha
melakukan sesuatu yang membuat ibunya marah besar. Saat ibunya terpaksa harus bekerja
di Perancis, ia pun dititipkan pada ayah
kandungnya yang tinggal di kaki gunung. Di sinilah Nikha merasa menjadi sosok
yang terbuang dan semakin takut untuk sendiri.
Penokohan Nikha awalnya
digambarkan sebagai sosok yang ceria walau dibesarkan oleh single parent. Namun seiring dengan tingkat OCD yang dideritanya,
ia menjadi sosok yang bak tak memiliki emosi. Hanya satu emosi yang ia rasakan:
takut. Beruntung ayahnya begitu sabar, dan saat berada di tempat yang baru, ia
mendapat teman-teman baik sehingga tokoh antagonis hanya tergambar pada
teman-teman lama Nikha yang berada di kota. Hampir 75% isi novel menggambarkan
bagaimana perasaan gadis remaja yang diterpa rasa takut yang berlebihan.
Menghitung kertas, mengecek pintu, lagi dan lagi. Namun, ada juga bagian di
mana Nikha merasakan ada kupu-kupu dalam perutnya, jatuh cinta.
Alurnya digambarkan maju
mundur. Ada beberapa bagian yang membuat bingung, mungkin karena pemisah antar
bagian kurang tampak. Misalnya pada bagian awal di halaman 4, “Ibu tersenyum, lalu
kembali fokus pada telur dadar andalannya yang hampir matang di atas wajan.
Kucium pipi Ibu sebelum dia masuk ke dalam taksi langganannya yang mengantarnya
ke kantor, ...”
Lalu yang mana kutipan dan
mana awal dari suatu bab, juga kurang tampak. Misalnya pada bab 5 di halaman
67.
Ketika kau bahkan tidak bisa
mengendalikan pikiranmu sendiri, apa yang bisa kau lakukan untuk dirimu
sendiri?
Terbangun dengan tubuh penuh
keringat, kurasakan bahkan bajuku ikut basah. Nafasku tidak teratur dan sangat
menyesakkan dada. ...
Ada baiknya di bagian awal
tersebut, font tulisan diperkecil. Atau mungkin font dibedakan dengan isi bab 5
sehingga tidak membuat rancu. Mungkin diletakkan di tengah (center) juga lebih
manis.
Penceritaan
dalam sudut
pandang orang ketiga ini sudah cukup baik. Penulis mampu mengeksplor apa
yang
dirasakan Nikha. Pembaca jadi bisa lebih mengerti bahwa Nikha merasakan
ketakutan yang sangat dan ketergantungan untuk melakukan sesuatu sebagai
salah
satu caranya mengurangi rasa cemas. Apa yang dilakukannya tentunya
berbeda
dengan apa yang dilakukan oleh anak autis / ADHD, di mana memiliki suatu
persamaan: suka melakukan suatu yang sama berulang-ulang. Bila anak
autis tidak memiliki rasa takut, mereka hanya hidup di ‘dunia’nya
sendiri,
mengacuhkan orang lain. Sedangkan OCD yang diderita Nikha tidak demikian
dan
dapat tergambar dengan jelas dalam Sekotak Kertas. Hal ini membuktikan
bahwa
penulis tidak asal buat, melakukan eksplorasi dan pengamatan mendetail
tentang
OCD.
Dua jempol untuk Narnie
January! Saya tunggu karyamu selanjutnya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*