|
Setiap kota / kabupaten pastinya memiliki Masjid Jami’ (dalam bahasa Arab, kata ‘Jami’ itu sendiri berarti ‘umum’ atau ‘publik’). Masjid Jami’ biasanya berukuran besar dan seringkali disebut Masjid Agung. Letaknya kebanyakan berada di pusat kota karena memang fungsinya yang dipergunakan untuk khalayak ramai. Masjid Jami’ sangatlah terkenal, bahkan menjadi simbol tersendiri untuk suatu daerah. Kalau di kota saya, Pasuruan, Masjid Jami’ Al Anwar namanya.
Letak
Masjid Jami’ Al Anwar Kota Pasuruan
berada di tengah kota, di depan alun-alun. Tepatnya di antara Jalan Niaga dan
Jalan Nusantara. Kedua jalan ini merupakan pusatnya pertokoan, mau cari apa
saja ada di toko-toko di kedua jalan ini. Pun pusatnya hiburan warga. Keberadaan
Masjid Jami’ Al Anwar layaknya memberi peringatan bahwa sesibuk apapun urusan
duniawi (bekerja, belanja dan bersenang-senang) jangan sampai lalai ibadah
kepada Allah.
potret dari atas, ambil dari infopasuruan |
Masjid terbesar ini berada di
daerah yang didiami oleh keturunan Arab dan Cina, namun keduanya hidup
berdampingan dengan damai. Kebanyakan para pemilik toko di sekitar masjid
adalah keturunan Cina, sedangkan keturunan Arab mendiami perumahan di sekitar
masjid, yang biasanya ada di belakang toko. Ada juga beberapa keturunan Arab
yang punya toko baju, minyak wangi dan kitab / buku-buku Islami. Mengapa banyak
pendatang? Karena dulunya (zaman penjajahan Belanda) Pasuruan adalah pusat
perdagangan dan pusat kota kemudian didiami oleh kedua keturunan tersebut.
denah lokasi masjid |
Sejarah
dan Keistimewaan
Masjid
bercorak Timur tengah ini dibangun sekitar 5 abad lalu oleh Adipati
Nitiadiningrat (I), Bupati Pasuruan kala itu. Dulunya di masa pemerintahan
Belanda, kota dan kabupaten Pasuruan memang menjadi satu pemerintahan, maka tak
heran apabila hingga kini masih ada beberapa perkantoran Kabupaten Pasuruan
yang berada di Kota Pasuruan. Nah, pembangunan masjid ini dibantu oleh Kyai
Hasan Sanusi atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Slagah, salah satu tokoh
pejuang Islam di Pasuruan.
Kota Pasuruan
yang dikenal sebagai kota santri, memiliki banyak Pondok Pesantren. Salah satu
yang terkenal ialah Pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Jalan Jawa, area
belakang Masjid Jami’ Al Anwar Pasuruan. Maka jangan heran apabila di Pasuruan
banyak ditemukan lelaki bersarung dan berpeci putih, walau bukan di jam ibadah
ataupun di hari besar Islam. Warga Pasuruan menjunjung tinggi syariat Islam,
sangat tunduk pada Kyai, bahkan pada yang telah wafat sekalipun.
diambil dari kalender, potret para Habib dan walikota Pasuruan (pojok kiri) |
Makam tokoh legenda seperti Mbah Slagah yang berada di
sebelah stadion Untung Suropati Kota Pasuruan (sekitar 3 Km dari alun-alun),
seringkali dikunjungi para peziarah. Apalagi makam Kyai Hamid, guru besar
pondok Salafiyah, yang berada di area makam belakang Masjid Jami’ Al Anwar. Peziarahnya
bukan saja dari dalam kota, kebanyakan dari kabupaten dan bahkan kota-kota lain
di dalam dan luar Jawa Timur. Bagi peziarah, Kyai Hamid layaknya para wali sejati, berkharisma
besar. Beliaulah tiang penyangga masyarakat, saka guru moralitas. Semasa hidupnya, Beliau adalah teladan, panutan, dan dipuja dimana-mana walaupun secara pribadi Beliau tidak suka (bahkan
marah) jika ada orang yang
mengkultuskannya.
Selain kedua
tokoh tersebut, ada juga makam Habib Ja’far As-Segaf, salah satu wali terkemuka
Pasuruan yang juga guru spritual Kyai Hamid. Hingga kini keturunan Kyai As-Segaf
rutin mengadakan pengajian di malam Rabu (Reboan), di malam Jumat legi dan pada
Minggu pagi. Kemudian masih ada banyak makam yang sering dikunjungi peziarah,
seperti makam Syekh Ahmad Qusyairi bin Shiddiq, Kiai Nitiadiningrat I sampai Kiai Nitiadiningrat IV (generasi Bupati Pasuruan) atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Pasuruan dengan sebutan Mbah Surga-Surgi, dan beberapa ulama lainnya.
Itulah sebabnya masjid ini menjadi salah satu tujuan wajib bagi para peziarah yang datang dari berbagai daerah, bahkan termasuk salah satu tujuan wisata religi bagi para peziarah Wali Songo. Keistimewaan masjid seluas 3000 m2 yang dibangun di atas tanah seluas 3600 m2 itu membuat komplek Masjid Jami’ Al Anwar tidak pernah sepi sepanjang siang dan malam, khususnya pada bulan Ramadhan. Apalagi karena juga adanya kegiatan pengajian rutin, penentram hati setiap insan.
Masjid ini telah
beberapa kali mengalami pemugaran, namun tidak sedikitpun merusak keindahannya.
Kebanyakan ornamennya adalah kaligrafi Arab dalam bentuk-geometris, dan hampir
semua ornamen di dinding masjid ini masih asli seperti sejak saat didirikannya.
Sayangnya untuk sholat di sana, para wanita menempati area yang menurut saya sangatlah
kecil. Letaknya di sebelah utara, dengan tempat wudhu di lantai 1 dan sholatnya
di lantai 2. Para wanita dilarang masuk dan menikmati keindahan di dalam masjid, tempat
para pria sholat. Yaaa seperti prinsip pondok Shalafiyah, pria dan wanita harus
terpisah, karenanya ada juga mushola khusus wanita yang letaknya di selatan
masjid. Jadi, mohon maaf kalau saya tidak menampilkan potret ornamen di dalam
masjid, hanya bisa tulis ceritanya saja.
pintu masuk dari arah timur |
pintu barat langsung merah ke masjid |
tugu alun-alun di malam hari |
Saya sekeluarga sering main di
alun-alun. Letaknya strategis, mau apa saja dan melakukan apa saja (selama
positif) bisa. Di sana banyak permainan yang bisa dicoba. Untuk yang membawa
permainan sendiri (seperti bola sepak, voli, bulu tangkis, mobil-mobilan,
sepeda) bisa dimainkan di area alun-alun yang luas. Ada juga persewaan scooter dan mobil-mobilan anak. Pun becak
gowes dengan lampu warna-warni yang disewakan Rp 20.000,- dan bisa dinikmati
oleh 4 – 6 orang dewasa. Mau yang lebih murah? Ada kereta kelinci yang membawa
kita berkeliling sampai pelabuhan Kota Pasuruan.
- Pusat
Pertokoan
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya,
Masjid Jami’ Al Anwar Kota Pasuruan dikelilingi oleh pertokoan. Ada toko kain,
baju, makanan-minuman, alat-alat rumah tangga, buku, kantor pos dan sebagainya.
Salah satu toko kain yang terkenal namanya Pasifik,
Mama saya hobi belanja di sana, murah sih. Kalau toko alat rumah tangga namanya
Piala, ada banyak diskon juga. Kalau
saya sukanya main ke Giant, salah satu market
yang berada di kawasan Mall Poncol.
Sekedar informasi, nih. Dulunya mall di Kota Pasuruan bentuknya horizontal,
yakni toko-toko sepanjang jalan Niaga dan jalan Nusantara. Ada juga pertokoan
yang mengitari alun-alun, kawasan tersebut namanya Poncol. Kemudian sekitar
tahun 2005, ada pergusuran pedagang kaki lima. Mereka yang berjualan mengitari
alun-alun kemudian dipindahkan ke ruko setinggi 3 lantai, yang kemudian
dinamakan Mall Poncol. Letaknya di
selatan masjid. Nah, didepan Mall Poncol
kemudian didirikan Giant, market pertama yang terkece di kota ini.
-
Makanan
Ketika siang hari, pedagang makanan di
sekitar masjid hanyalah warung-warung kecil penyedia nasi bungkus. Untuk camilannya
hanya ada bakso, bipang dan cilok (pentol yang lebih banyak tepung kanjinya
dibanding daging sapinya). Saya rasa bipang adalah oleh-oleh yang wajib dibawa oleh
para pendatang. Harganya murah meriah, hanya Rp 5.000,- sudah dapat setumpuk
bipang. Oiya, bipang ini rasanya sangat legit. Terbuat dari beras yang
dikembangkan seperti pop corn, lau ada
gula cair yang menyatukan butiran-butiran kembangan-beras dan melekat menjadi
balok. Renyah, manis, enak!
salah satu bipang Pasuruan, mereknya Jangkar |
inilah sang bipang |
saya makan bipang, kamu? |
Nah, kalau malam, suasananya berubah. Mau
makan apa saja tersedia! Syaratnya harus berada di atas jam 9 malam, ketika
para Satpom PP meninggalkan kawasan masjid Jami’. Ada pedagang penjual nasi
goreng, mi goreng, lontong kupang, tahu campur, warung kopi dan masih banyak
lagi. Makanan yang paling disuka Mama saya namanya lontong kupang. Mungkin daerah
lain di Jawa Timur juga memiliki makanan serupa, namun Lontong Kupang Pasuruan
memiliki rasa yang khas. Terbuat dari petis yang berbeda dengan lainnya karena
rasnaya yang manis asin, dan kuahnya yang bening namun tanpa rasa amis. Harganya
hanya Rp 5.000,- sudah plus 3 tusuk sate kerang juga. Jangan lupa minum degan usai menyantapnya yaaa... setidaknya bisa
mengurangi kolesterol.
kupang kesukaan Mama |
sate kerang kesukaan saya (tanpa cabai) |
Cara
Tempuh
Letak Masjid Jami’ Al Anwar yang berada
di tengah kota memudahkan bagi para pelancong untuk mengunjunginya.
Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari Kota Surabaya dengan naik bus umum, bisa turun di Kumala, sebelum terminal lama. Dari Kumala, menyebrang jalan ke
arah selatan dan jalan kaki sekitar 300 meter.
Bagi yang melakukan perjalanan menggunakan bus pariwisata, harap memarkir busnya di Parkir Wisata yang letaknya
di terminal lama Kota Pasuruan. Dari Parkir Wisata, pelancong bisa berjalan
kaki ke arah barat, jaraknya sekitar 700 meter. Lebih enak sih naik becak
wisata, bisa hingga 3 orang (kalau bdannya tidak terlalu besar) dan bayar hanya
Rp 5.000,- (kalau bisa nego). Naik angkot juga boleh, pilih yang jurusan E1,
D1, atau D3. Bayarnya hanya Rp 3.000,- per orang. Nanti bilang ke Pak Sopir,
“Turun Masjid Jami’ ya, Pak...”
Kalau yang naik mobil pribadi atau
motor, boleh memarkir kendaraannya di sekitar alun-alun. Paling bagus sih di
seberang masjid, sebab uang parkirnya (Rp 2.000,- untuk mobil dan Rp 1.000,-
untuk motor) disumbangkan untuk pembangunan masjid.
Nah, itu tadi sekelumit seputar Masjid
Jami’ Al Anwar Kota Pasuruan. Silakan berkunjung ke sini, ya... Saya tunggu
loh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*